Khasiat Kayu Sanrego Menurut Ilmuwan Dalam dan Luar Negeri

"Prof. Dr. H. Muhsin Darise, M.Sc, Guru Besar Farmasi UNHAS sampai mengorbankan biaya untuk menelitinya. Beberapa ilmuwan yang juga meneliti L. Amara diantaranya : Ludvina S. De Padua dari Filipina, Linda S dan Mimi D. dai dari UNHAS, serta Nurbita peneliti dari Universitas Pancasakti.

Berawal dari penelitian terhadap kayu L. Amara* mulai tahun 1994 - 1997 di Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA UNHAS oleh Prof. Dr. H. Muhsin Darise, M.Sc dan rekan - rekannya.
Saking yakinnya Prof. Dr. H. Muhsin Darise, M.Sc yang merupakan lulusan S1 ITB tahun 1974, S2 dan S3 Hirosima University Jepang dalam bidang farmasi tahun 1981 dan 1985 mengatakan "Saya jamin kehebatan kayu L. Amara* meningkatkan gairah seks laki-laki".

*Maksudnya adalah Lunasia Amara blanco, nama latin dari sanrego.


----------------------------------------------------------------------
* Kayu sanrego (lunasia amara blancho), Jenis kayu yang banyak ditemukan di kawasan timur Indonesia. Kayu ini memiliki khasiat sebagai obat kuat khusus pria dan untuk pengobatan penyakit gula/diabetes. Secara tradisional batang kayu ini memberikan efek menaikkan gairah seksual, mengobati penyakit malaria, diabetes dan gigitan ular.
* Kandungan kayu sanrego ini telah diteliti oleh pakar fitokimia dari pengajar jurusan farmasi Fakultas MIPA UNHAS bekerja sama dengan ahli Fitokimia dari Philipina, batang kayu ini mengandung alkolid, sitosterol, glikosida. Kandungan kayu ini tidak toksis namun ekstrak metanol dan normal butanolnya dapat menghambat bakteri E. coli, Shigella body, staphylococcus aurcus.
* Khasiat kayu sanrego ini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani di desa Sanrego kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Pada mulanya petani tersebut menambatkan kudanya di semak-semak secara kebetulan kuda ini memakan kayu salah satu tanaman dan sejam kemudian kudanyamenjadi agresif. Petani itu lalu mengambil lalu mencoba meminum air rebusannya dan mengalami kekuatan yang luar biasa seperti kuda jantan tersebut. Kemudian atas musyawarah masyarakat desa, kayu tersebut diberi nama kayu SANREGO.
Selanjutnya..

Melacak “Jejak” Sanrego, Kayu Penguat Stamina dari Bone

Temuan Kuda Jantan, Dikenal hingga ke India
Laporan: Aswad Syam, Bone

SANREGO sudah tidak asing lagi bagi warga Bone. Kayu yang diyakini memiliki “kedahsyatan” meningkatkan vitalitas pria, sudah lama menjadi buruan berbagai kalangan. Bagaimana awalnya hingga Sanrego terkenal ke seantero tanah air?
ASAP sesekali mengepul dari mulutnya saat menjawab setiap pertanyaan penulis.

Malah, ketika mulai menceritakan kisah penemuan kayu Sanrego, lelaki yang sudah berusia senja ini, tidak memedulikan lagi rokoknya yang sudah di ujung jarinya. Itulah Andi Patawari, generasi kelima keturunan Arung Sanrego.

Ditemui di rumahnya di Desa Tompong Patu Kecamatan Kahu, Patawari berkisah bahwa kayu Sanrego pertama kali ditemukan oleh kuda Arung Sanrego. Kuda jantan yang digelari “Bolong Sanrego” tersebut, secara tidak sengaja menggigit sebatang pohon yang menancap di atas batu.

Seketika itu juga, kejantanan Bolong Sanrego “berontak”. Secara kebetulan di sekitar lokasi juga sedang merumput 41 ekor sapi betina. Maka, Bolong Sanrego pun melampiaskan birahinya dengan menggilir ke-41 sapi betina tadi.

Tingkah Bolong Sanrego tidak lepas dari perhatian Arung Sanrego. Tak ingin penasaran, Arung Sanrego pun mencungkil sebagian batang kayu tersebut dan membawanya pulang.

Saat tiba di rumah, Arung Sanrego mengambil cungkilan kayu itu dan merendam di air. Saat air itu diminumkan ke kucing, sang kucing langsung birahi. Demikian pula saat diminumkan ke seekor anjing.

Arung Sanrego kemudian memberikan kayu itu ke anaknya, Bangkung Petta Tareng. Menurut Patawari, Bangkung Petta Tareng, juga memiliki 41 istri, dan setiap istrinya dikarunai seorang anak, kecuali istri pertamanya.

Patawari kembali berkisah, Bangkung Petta Tareng kemudian bersumpah kalau dirinya tak akan dikubur sebelum sempat memberi keturunan kepada istri pertamanya. Saat wafat, Bangkung Petta Tareng kemudian dimandikan dan siap-siap dikafani.

Namun, keajaiban terjadi. Alat vitalnya tiba-tiba “bangun”. Orang sekampung kemudian menggantung kelambu dan menyilakan permaisuri masuk. Usai menjalankan hajatnya, permaisuri kemudian keluar. Orang sekampung menyaksikan alat vital Bangkung Petta Tareng kembali “tidur”.

“Permaisuri kemudian benar-benar hamil. Sembilan bulan kemudian melahirkan seorang putra yang diberi nama I Ladica Puang Makuasa,” tutur Patawari sambil membuang puntung rokoknya di asbak.

Patawari sendiri mengaku belum pernah melihat wujud asli kayu yang bernama Sanrego tersebut. Tapi yang jelas kata dia, kayu tersebut tumbuh di perbukitan tempat Arung Sanrego biasa memberi makan kudanya. Kayu tersebut lanjut Patawari, biasanya tumbuh dan berakar kuat di batu.

Diburu Orang India

Benar atau tidaknya cerita Patawari, hanya waktu jua yang akan membuktikannya. Tapi satu yang pasti, “kedahsyatan” kayu Sanrego yang dapat membuat lelaki perkasa di tempat tidur, sudah benar-benar terkenal ke seantero jagat. Tidak heran jika bukan hanya orang Jakarta yang datang mencarinya, melainkan juga dari India.

Padahal menurut Patawari, khasiat kayu tersebut bukan hanya untuk hubungan badan, tapi juga untuk bekerja. “Banyak orang yang meminum hasil rendaman kayu tersebut, kemudian dicampur es, sebelum turun ke sawah. Katanya, mereka jadi lebih kuat mencangkul,” ujar Patawari.

Awaluddin, putra Andi Patawari yang menemani penulis ke pusat tumbuhnya Sanrego, mengungkapkan bahwa banyak orang dari luar Sulsel yang pernah datang ke kampungnya untuk mencari kayu Sanrego tersebut. Orang-orang tersebut berasal dari Jakarta, Surabaya, bahkan ada yang datang khusus dari India.

“Kami tidak menjual kayu ini. Kami hanya meminta kepada mereka, agar kayu ini mujarab, sebaiknya menukar dengan pembeli ayam pada malam Jumat,” ungkap Awaluddin.

Sanrego sendiri sebenarnya nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kahu, letaknya sekitar 115 kilometer dari Kota Watampone, atau sekitar 15 kilometer dari Palattae, ibu kota Kahu. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Tompong Patu.

Andi Patawari, tokoh masyarakat setempat mengatakan, Sanrego berasal dari kata sanreseng menre ri Gowa. Pada saat itu kata Patawari, Gowa masih menancapkan kuku kekuasaannya di Tana Bone, sehingga raja yang ditempatkan di Bone, harus selalu menghadap ke kerajaan Gowa. Dan, penghadapan raja baru sah apabila disertai Arung Sanrego.

Kayu Sanrego, tumbuh di atas batu yang bersusun dua, penduduk setempat menyebutnya batu sitoppoe. Lokasi ini berada sekitar lima kilometer dari jalan poros desa, tepatnya di perbatasan Sanrego Kecamatan Kahu dengan Desa Lamoncong Kecamatan Bontocani.

Untuk mencapai lokasi ini, harus menempuh medan berat. Di musim hujan, daerah ini hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Menggunakan sepeda motor juga memungkinakan. Cuma, harus ekstra hati-hati karena jalanannya sangat licin.

Setelah itu, motor harus diparkir, karena harus melewati sebuah sungai. Selanjutnya, perjalanan mesti dilakukan dengan jalan kaki karena tanjakannya cukup panjang, sekira 300 meter. Dari seberang sungai, dua buah batu bersusun yang di atasnya ditumbuhi tanaman rimbun, sudah terlihat.

Kepada penulis, Awaluddin menunjukkan bahwa kayu itulah yang dimaksud dalam kisah “Bolong Sanrego”. Pohon kayu tersebut hampir sama dengan tananaman perdu lainnya yang tumbuh liar. Hanya saja, tanaman ini punya keistimewaan, karena akarnya mencengkram kuat batu bersusun dua tersebut. Di bagian batangnya, ada bekas parang.

Warga setempat memberitahu, kalau seluruh kayu di Sanrego punya khasiat. Namun, kayu tersebut harus diberikan langsung keturunan Arung Sanrego.

Pernah ada kejadian unik. Tiang rumah Andi Patawari yang berwarna hitam, dicungkil pisau. “Mungkin pencungkilnya mengira bahwa tiang rumah saya itu terbuat dari kayu Sanrego,” ungkap Patawari sambil memperlihatkan bekas cungkilan pisau di tiang rumahnya. (*)

Source: Fajar Online
Selanjutnya..

Berkhasiat Mengobati Gangguan Sexual (impotensi, lemah Syahwat, Kurang Bergairah)

[Kutipan Artikel Dari Majalah TRUBUS]

Sudirman akhirnya meluluskan gugatan cerai sang istri. Apa boleh buat, selama 5 tahun mengarungi bahtera rumah tangga ia tak bisa memberikan “nafkah” batin. Impotensi menyerang pada minggu pertama perkawinan. Belakangan ia sudah nikah lagi menyusul anjuran kakaknya meminum serbuk sanrego.

Tadinya Sudirman (nama samaran) hampir putus asa. Bagaimana tidak, sewaktu masih pacaran mendambakan anak dari kekasih yang sangat dicintainya. Tahunya, jangankan keturunan, hari-hari penuh kemesraan malah seakan jadi neraka. Beruntung saudara-saudaranya selalu menasehati dan membesarkan hati termasuk mendukung pendanaan untuk pengobatan kemana pun ia mau. Maklum lelaki asli Bone Sulalwesi Selatan ini hanya bekerja sebagai pegawai negeri. Mulai dari dokter spesialis hingga dukun nun jauh disana tak terlewatkan didatangi. Namun usahanya tak membuahkan hasil hingga keputusan cerai diambil.

Jalannya memang ada-ada saja. Seorang petani di Desa Sanrego Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan tengah mengembalakan kuda.
Daerah ini memang tercatat sebagai sentra kuda. Kuda kuda bagus untuk pacu kebanyakan di datangkan dari sini. Jadi tak heran bila dalam pengembalaan ada puluhan kuda yang harus diawasi. Jantan dan betina dicampur, karena kalaupun terjadi birahi dan saling kawin tak saling membahayakan. Namun pengalaman belasan tahun nyaris tak ditemukan kuda kawin di padang penggembalaan. Sehingga ketika terlihat ada kuda jantan agresif, mengejar dan menaiki kuda betina, timbul pertanyaan dalam benak si penggembala.

Oh...., ternyata ada daun berukuran besar, panjang sekitar 30 cm dan lebar 15 cm, dimakan kuda tadi. Tumbuhan yang berdaun mirip jantung ini mencolok diantara semak belukar. Si pengembala semakin penasaran, kuda jantan itu tidak puas hanya dengan satu betina. Beberapa ekor menjadi pemuas nafsu birahinya. Padahal, dalam menjalankan aksinya setiap betina dinaiki berkali-kali.
Itung – itung sebagai kelinci percobaan si pengembala mencoba merebus batang kayunya. Tentu saja setelah dipotong potong terlebih dahulu. Lalu air rebusannya diminum. Luar biasa, nafsu dan kekuatan si penggembala tak ada bedanya dengan kuda. Kuat tak seperti biasanya.

Informasi berharga inilah yang kemudian dibuktikan oleh Sudirman. Hanya dengan minum seduhan Sanrego 5 gelas berturut turut, Sudirman sudah dikaruniai anak dari istri barunya. Impotensinya sembuh total.

Disebut-sebut bahwa Sanrego potensial menggantikan viagra yaitu obat kuat yang pernah menghebohkan. Viagra sebetulnya adalah obat untuk penderita tekanan darah tinggi, cuma efek sampingnya ereksi jadi lebih lama. Viagra bila dikonsumsi oleh orang normal bisa mengakibatkan kematian karena tekanan darah menjadi tidak normal karenanya. Berbeda dengan viagra, dengan khasiat yang sama Sanrego bersifat alami, relatif lebih aman, dan murah.

Ternyata kisah Sanrego ini tidak hanya diketahui oleh Sudirman dan keluarganya melainkan telah menjadi resep ramuan obat / jamu rahasia keperkasaan - kejantanan pria / laki – laki di wilayah tersebut.

Bila anda berminat untuk mencoba khasiat Jamu Sanrego anda tidak perlu bersusah payah datang ke Sulawesi, kini sudah tersedia Jamu Sanrego dalam bentuk serbuk Sanrego dalam kemasan yang pemakaiannya sangat gampang. Serbuk kayu Sanrego yang berwarna putih kecoklatan diseduh dengan air panas. Dosisnya 1 sendok makan untuk satu gelas besar air. Seduhan diaduk aduk dan didiamkan selama kurang lebih 5 menit. Akan tampak endapan / ampas serbuk di dasar gelas. Tuangkan ke gelas lain sambil disaring supaya endapannya tidak terbawa.

Bagi yang biasa meminum minuman yang agak pahit-pahit bisa langsung meminumnya. Kalau tidak, bisa dicampur dulu dengan kuning telur dan madu. Dianjurkan untuk penyembuhan diminum 3x sehari. Tidak boros karena ampas yang tersisa masih bisa digunakan selama rasa pahitnya belum hilang. (Sumber : TRUBUS).

Selanjutnya..